Lapas Kelas IIb Terbuka sebagai Lapas Minimum security yang menyediakan lahan pembinaan kemandirian terbanyak pun mengalami kesulitan dalam mengelola setiap bidang. Kasi Binadik Lapas Terbuka, Mulyo Utomo mengeluhkan sedikitnya WBP dilapas terbuka. Saat ini tidak lebih dari 20 WBP yang berada di dalam Lapas.
Jumlah yang tidak sebanding dengan program kemandirian, mulai dari pertanian, perkebunan, industri sereh, perikanan, hingga perbengkelan semua sudah tersedia namun minim tenaga untuk mengelola.
Selanjutnya, Bapas Nusakambangan yang diwakili Kasubsi Bimbingan Klien Anak, Dani Muliawati juga menyampaikan kekurangan tenaga staf karena saat ini hanya ada 2 staf yang dimiliki yang terdiri dari staf Pengelola BMN dan Bendahara. Kekurangan ini jelas membuat performa Bapas sedikit terkendala karena kurangnya tenaga fasilitatif.
Beragam kendala yang telah disampaikan dari seluruh UPT di Nusakambangan tersebut lalu ditampung dan ditanggapi oleh perwakilan Ditjenpas. Nantinya persoalan tersebut akan di tindaklanjuti dengan mengacu pada aturan Revitalisasi Pemasyarakatan yang sudah berjalan.
Diakhir sesi, pihak Dirjenpas memberikan apresiasi bagi satker di Nusakambangan karena pulau ini merupakan pilot project Revitaliasi dan dapat berjalan dengan baik walaupun memiliki keterbatsan.